04 Februari, 2009

Mudahnya Membuat Album Rekaman

Salam dari Pulau Kalimantan!

Membaca judul di atas, sepertinya agak aneh. Maklumlah, untuk membuat album rekaman terdengar mahal. Akan tetapi bagi Anda hobby pada dunia music, asyik dan seru itu pasti.

Saya ingin sedikit berbagi tentang proses membuat album rekaman yang pernah saya buat, dari awal sampai jadinya sebuah album rekaman yang bisa dijual, dibeli, dan dinikmati.

1. Tahapan paling awal adalah menyiapkan materi

Pertama sekali, kita harus menyiapkan materi yang akan direkam. Itu berarti kita harus menyiapkan paling sedikitnya 10 lagu. Agar masuk dalam wilayah aman, maka makin banyak lagu akan semakin baik. Gunanya adalah untuk cadangan.

Kedua, proses pembuatan aransemen music. Saya tidak pernah menyerahkan sepenuhnya lagu saya diaransemen oleh musisi lain. Oleh sebab itu, sebelum melangkah ke dapur rekaman, bahan baku sudah ada sehingga kita tidak kehilangan konsep. Melakukan riset yang panjang dan rumit itu sudah pasti. Meskipun ada pepatah “music fnot for sale”, namun sebaiknya selalu meliriklah ke keinginan konsumen, bila kita tidak ingin gagal.

2. Bila materi telah siap

Materi baku itu dapat dibawa langsung ke dapur rekaman, entah itu ke studio rekaman yang canggih ataupun studio rekaman sederhana. Jangan pernah mencari support dari sebuah manajemen hebat, atau produser rekaman yang terkenal bila kita tidak pernah mencobanya secara indie. Jika kita mengharapkan produser atau manajemen yang demikian, bisa jadi stress yang kita peroleh. Bermimpi boleh-boleh saja, usaha silahkan saja. Namun, cara bila ada cara sederhana memangkas birokrasi menjadi artis, mengapa mencari jalan yang panjang dan sulit, bukan?

3. Proses rekaman

Bagi yang punya group band dan sudah sering berlatih, proses rekaman itu gampang saja. Namun bila ingin hasil yang terbilang sempurna maka perlu kesabaran. Di studio, proses rekaman dilakukan per instrument, dan biasanya vokal yang terakhir.

a. Proses dimulai dengan persiapan partitur dan menentukan tempo yang tepat.

b. Penyetingan suara untuk instrumen music

c. Mulai rekaman satu demi satu, yang dimasukkan ke perangkat rekam. Hasil rekam suara itu disebut track.

- Instrumen bas yang mulai lebih dulu.

- Drum

- Iringan lain

- Vokal

4. Mixing

Setelah proses rekaman selesai, maka hasil rekaman harus melewati proses mixing. Proses mixing menentukan enak tidaknya lagu ini terdengar di telinga kita atau bahkan di telinga konsumen terbatas. Misalnya, apakah suara gitarnya pas, tidak terlalu keras dibanding vokal. Atau apakan suara bas sudah hendak ditebalkan atau ditipiskan, dan masih banyak lagi pertimbangan yang rumit. Proses mixing bisa memakan waktu berminggu - minggu hingga berbulan-bulan karena setiap track harus diolah dengan hati-hati dengan mempertimbangkan aspek-aspek keindahan.

5. Mastering

Pada tahap ini, mixing master diperindah dan disesuaikan kualitas audionya untuk format kaset, CD, ataupun yang lainnya.

6. Sesi foto

Sesi ini dilakukan untuk keperluan sampul atau kemasan album. Desain untuk cover album mestinya sudah dirampungkan sambil proses mastering di lakukan. Bersamaan dengan selesainya mastering, siaplah master rekaman dibawa ke pabrik penggandaan.

7. Album rekaman pun akhirnya siap

Akan tetapi, proses ini belum selesai. Hasil usaha itu perlu didengar sebanyak mungkin konsumen:

8. Tim marketing bekerja

Strategi promosi berkaitan dengan Kegiatan menyiapkan materi promosi, mengirimkannya ke media massa, menjalin hubungan dengan jaringan distributor dan toko. Tanpa dukungan marketing dan jaringan distribusi, tentu produk kita tidak akan sampai ke penjual. Tanggung jawab tim marketing adalah memastikan agar semakin banyak orang yang membeli album kita. Jika tidak ada yang beli, tentunya pengorbanan waktu, pikiran, dan energi yang telah dicurahkan dalam menghasilkan album rekaman akan jadi tidak berarti.

Begitulah sekilah proses panjang serta perjuangan saya dalam menghasilkan sebuah karya rekam musik. Semoga membantu membuka wawasan kita dan apresiasi kita kepada para seniman, khususnya seniman musik.

Akhir kata, kita harus awas pada PEMBAJAKAN.

Selamat Mencoba!

Sukses untuk kita

Cara Sederhana Membuat Dapur Rekaman

Salam dari Pulau Kalimantan!
Saat ini saya sudah membuat sebuah dapur rekaman. Dapur rekaman itu memang sungguh-sungguh dapur juga, karena dapur saya dan dapur rekaman saya memang menyatu (maklum, rumah sempit sehingga tidak ada ruang lagi). Sejauh pengalaman saya, membuat dapur rekaman sepertinya tidak selalu mahal. Dugaan bahwa membuat dapur rekaman sederhana dengan kwalitas mewah itu bisa, ternyata benar. Akan tetapi, itu juga tidak semudah yang dikira banyak orang. Untuk membuat rekaman ala kadarnya, mudah. Namun untuk membuat rekaman masterpiece standar kita, ternyata perlu juga keseriusan.

Ada tip trik membuat dapur rekaman sederhana dengan kualitas rekaman tidak kalah dengan dapur rekaman berteknologi canggih. Pertama, saya menyiapkan alat-alat sebagai berikut:

1. Satu Unit Komputer dengan spec.:

· Prossesor AMD Athlon atau setara Pentium IV.

· Memory 1GB

· HDD 250 GB 7200 RPM

· DVDRW

· Software Digital Multitrack Cakewalk

Spesifikasi ini sudah lebih dari cukup. Namun, untuk proses sampai pada video clip, sebaiknya punya cukup ruang HDD dan Prossesor serta RAM yang tangguh. Apalagi, komputer ini adalah otak dari semua kegiatan mengganti barang-barang mahal di dapur rekaman canggih. Karena komputer saya hasil upgrade dan kanibal, jadi saya memperkirakan harganya Rp 6.000.000,-

2. Sound card

Selain computer, sound card memegang peranan penting. Tanpa sound card maka rekaman tidak akan dapat dilakukan. Sound card berfungsi sebagai pengganti converter yang harganya begitu mahal. Namun, tidak perlu bersusah payah jika computer menyediakan sound card on board. Motherboard dewasa ini sudah memasukkan sound card yang berkualitas cukup baik. Harganya sudah termasuk di dalam harga computer.

3. Mic
Untuk pengambilan suara vocal, saya menggunakan mic merk sederhana. Yang penting tidak menghasilkan desisan ketika proses pengambilan track. Saya membeli mic berharga Rp 90.000,-

4. Kabel dan jack

Kabel dan jack harus dipilih yang terbaik, karena juga turut menentukan hasil rekaman. Karena saya awam dalam hal ini, saya melihat kualitas keduanya dengan melihat kualitas plastic dan harga. Kisaran harga di tempat saya, 6 m kabel dan 4 jack (sebagai cadangan juga) Rp 30.000,-

5. Headphone
Sebenarnya ini tidak terlalu perlu karena dapur rekaman saya tidak memiliki ruang kedap suara. Tapi untuk proses mixing, agaknya diperlukan juga supaya kita tidak terganggu dengan suara-suara dari luar. Harga Rp 250.000,-

6. Speaker

Saya menggunakan speaker biasa untuk computer, merek sound blaster. Pilih yang baik, supaya suara yang dikeluarkan sungguh-sungguh suara yang direkam. Jika tidak baik, maka ada kemungkinan proses editing akan tidak sempurna. Harga Rp 800.000,-

7. Mixer, amplifier, dan perangkat lainnya telah digantikan software multitrack cakewalk.

8. Keyboard Yamaha PSR S700

Kebetulan saya telah membeli keyboard Yamaha di atas pada awalnya. Jadi tidak terlalu memberatkan. Harga keluaran pertama yang langsung diambil dari dealer resmi Yamaha di Pontianak Rp 7.750.000,-. Di daerah lain mungkin bisa lebih murah (atau bahkan mahal). Akan tetapi, keyboard ini dapat digantikan fungsinya dengan software seperti frooty loop.

9. Lain-lain
mengenai instalasi peralatan, tidak rumit. Saya cukup membaca tulisan line-in dan line-out di belakang keyboard dan sound card.

Setelah diuji coba, ternyata menurut teman-teman hasilnya lumayan bagus. Jika vocal saya dapat diandalkan, pasti sangat bagus kedengarannya. Sayang …vokalnya …

Akal-akalan yang menguntungkan:

1. Karena saya bukan orang kaya, biaya di atas cukup memusingkan. Awalnya saya takut membayangkan harga sebuah dapur rekaman. Tapi bila mendapatkannya dengan perencanaan, pasti tidak akan terasa. Saya mengumpulkannya selama 4 tahun!

Intinya, bertahan untuk hidup hemat demi sebuah tujuan: DAPUR REKAMAN.

2. Masih mengenai biaya: agar biaya terasa ringan, bayangkan hasil akhirnya. Saya membayangkan hasil dari dapur rekaman itu (bila dijadikan lahan bisnis), ternyata cukup menggiurkan. Di tempat kami, membuat 1 master lagu (10 lagu di dalamnya), saat ini berkisar Rp 8.000.000,- hingga Rp 12.000.000,-.

3. Menguasai software. Ini penting karena salah satu sarana keberhasilan dapur rekaman sederhana adalah penguasaan software music. Apapun software yang digunakan, maka harus dikuasai sebaik mungkin.

Pengalaman saya: saya dapat dikatakan memiliki kepandaian music ala kadarnya. Namun saya tidak ragu berkenaan dengan penguasaan peralatan software dan tekhnologi keyboard saya. Untuk keyboard, jari-jari saya tidak cepat. Oleh sebab itu, saya mencari akal supaya keyboard ini dapat diberdayakan sebaik-baiknya.

4. Perlu usaha untuk memasarkan keahlian. Pada akhirnya saya berpikir, “Ternyata orang bukan membayar saya untuk mengganti peralatan saya, melainkan membayar keahlian saya”.

5. Jangan banyak dipikirkan kata-kata ini: Hobby harus menghasilkan uang!

Kalau hobby anda sama seperti saya, maka seharusnya Anda juga bisa seperti saya, bahkan bisa lebih hebat dari saya …

Selamat Merencanakan … dan mencoba …!

Sukses untuk kita semua

21 Januari, 2009

Dayak di Kalimantan Barat: Telaah Religi Budayanya


Di Kalimantan Barat, terjadi keunikan tersendiri berkaitan dengan proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu budaya bagi masyarakat setempat. Proses tersebut berkaitan erat dengan dua suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak dan Melayu. Pada mulanya Bangsa Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat. Mereka hidup dengan tradisi dan budayanya masing-masing. Kemudian datanglah pedagang dari Gujarat yang memeluk agama Islam dengan tujuan jual-beli barang-barang dari dan kepada masyarakat Dayak. Karena interaksi perdagangan yang menguntungkan ini, dan letak geografis sesuai bagi perjalanan dagang dari dan ke Selat Malaka (yang merupakan sentral dagang di masa lalu), mereka berkeinginan menetap di daerah tersebut.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Dayak ketika bersentuhan dengan pendatang yang membawa pengetahuan, pendidikan, dan agama Islam. Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli barang kebutuhan, dan interaksi cultural, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, di kunjungi masyarakat lokal (Dayak) dan pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Lambat laun, karena hubungan yang baik, pada tahun 1550 berdirilah Kerajaan Melayu Islam yang dikenal dengan Kerajaan Tanjung Pura. Kerajaan ini perlahan-lahan menyebar di Kalimantan Barat.

Masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan nenek moyangnya. Mereka percaya bahwa pada setiap tempat tertentu ada penguasanya. Itulah yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Yang Maha Kuasa. Mereka yang masih berpegang teguh kepada kepercayaan nenek moyang dan budaya aslinyanya kemudian memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman.

Di lain sisi, masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam oleh karena keinginan sendiri, perkawinan, dan banyak latar belakang lain, lebih banyak meniru gaya hidup pendatang yang dianggap telah mempunyai peradaban maju. Mereka kemudian tidak mau lagi mengaku diri sebagai orang Dayak, dan karena perbedaan adat kebiasaan, mereka juga akhirnya melepaskan diri dari keterikatan dengan adat istiadatnya. Orang Dayak yang memeluk agama Islam ataupun yang telah menikah dengan pendatang Melayu menyebut diri dengan senganan, dan kini mereka mengklaim dirinya dengan sebutan Melayu.

Orang Melayu memiliki strata kepemimpinan. Untuk mengatur daerah mereka, maka tokoh orang melayu yang di percayakan masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin atau diberi gelar Penembahan (istilah yang dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil). Penembahan ini hidup mandiri dalam suatu wilayah kekuasaannya berdasarkan komposisi agama yang dianut sekitar pusat pemerintahannya, dan cenderung mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut menyatakan tunduk terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi keamanan ataupun perluasan kekuasaan.

Lama setelah itu, masuklah misionaris katolik dari Belanda. Selain memperkenalkan ajaran iman Katolik, para misionaris juga memberikan pendidikan modern kepada masyarakan Dayak. Tahun 1906 berdirilah sekolah misi di Nyarumkop. Karena pendidikan yang ditawarkan serta adat tradisi katolik yang lebih fleksibel (inkulturasi) dengan budaya Dayak, banyak orang Dayak akhirnya memeluk agama Katolik. Inilah kemudian menjadi pembeda jelas antara Melayu dan Dayak: Melayu identik dengan Islam, sedangkan Dayak identik dengan Kristen dan kepercayaan nenek moyang.

Dayak: Pengertian dan Sebarannya

Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari: Kalimantan Timur (ibu kota: Samarinda), Kalimantan Selatan (ibu kota: Banjarmasin), Kalimantan Tengah (ibu kota: Palangka Raya, dan Kalimantan Barat (ibu kota: Pontianak).

Antropolog J. U. Lontaan, dalam bukunya yang berjudul HUKUM ADAT DAN ADAT ISTIADAT KALIMANTAN BARAT, yang diterbitkan pada tahun 1975, kelompok Suku Dayak terdiri dari 6 suku dan terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih berjumlah 405 sub suku. Merujuk kepada sosiologi kemasyarakat dan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas, masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan ternyata mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip satu sama lain.

Pada awalnya, mereka hidup di pinggir-pinggir sungai besar. Ketika penguasa Melayu tiba dengan kekuasaan kesultanannya, orang Dayak menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan di seluruh daerah Kalimantan.

Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri. Akan tetapi, ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya.

"Dayak" atau "Daya" sendiri adalah sebutan eksonim (sebutan yang bukan diberikan oleh masyarakat itu sendiri), bukan pula sebutan endonim (sebutan yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata itu sebutan dari ahli antropologi asing yang melihat kenyataan bahwa masyarakat tersebut tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan. Hingga kini, walaupun sebagian besar masyarakat Dayak telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi, mereka tetap disebut Dayak.